Banda Aceh-wartagayo.com
Hendriyanto Bujangga dilahirkan di Angkup, Aceh Tengah, dari pasangan Baharuddin Tengoh dan Sukrawati M. Saleh merupakan Anak Pertama dari tiga bersaudara. Senin 4 Meret 2024 bertepatan dengan 23 Sya’ban 1445 H, sosok yang akrab di sapa Bujang tersebut berhasil mempertahankan disertasi di hadapan para penguji yang terdiri dari para ahli dan para professor yang amat terpelajar.
Dalam paparannya, Putra kelahiran Angkup tersebut menjelaskan tentang konseptual, penelitian yang terinspirasi dari suatu keresahan akan luntur dan hilangnya suatu tradisi secara perlahan, terutama pada tradisi lisan yang sejak dulu kala sudah dimiliki oleh leluhur Urang Gayo dan menjadikan hal tersebut sebagai media pengembangan diri, media pendidikan dan media penyampaian informasi secara turun temurun.
Dari berbagai keresahan dan dikhawatirkan akan tergerusnya suatu budaya dan tradisi, ia hadir untuk mengkaji dan mendalami kembali tentang tradisi lisan kekeberen yang dulunya pernah popular di Masyarakat Gayo.
Kajian dalam penelitian tersebut mengupas tentang nilai apa saja yang terdapat dalam kekeberen, bagaimana implementasi nilai tersebut serta bagaimana strategi pewarisan tradisi lisan tersebut. Ada beberapa keterbaharuan (novelty) yang menarik untuk di telaah lebih lanjut, diantaranya: terdapat banyak muatan nilai di dalam tradisi lisan kekeberen yang selanjutnya lebih fokus kepada penanaman nilai-nilai Pendidikan yang bersifat alamiah dan berkelanjutan. Secara umum pola Pendidikan Orang Gayo melalui tradisi lisan kekeberen lebih mengedepankan kepada tumbuh kembang rasa dan penjiwaan terhadap suatu perbuatan baik dan hampir semua kisah yang ada dalam kekeberen lebih menekankan pada Pendidikan dan ketetapan adat baik yang bermuara pada pengembangan nilai akhlak, karakter, adat dan budaya serta masih ada beberapa hal lain yang menurut hemat kami sangat relevan dengan hasil penelitian promovendus.
Suami dari Silvi Saradika tersebut merupakan alumni dari Sekolah Dasar (SD) Negeri Angkup, sempat merasakan jadi santri di Bustanul Ulum Langsa dan menyelesaikan Pendidikan SLTP di SMP Negeri 1 Takengon. Beliau juga pernah bersekolah di SMA N 1 Bebesen (Sekarang SMA 1 Takengon) hingga menyelesaikan Pendidikan SMAnya di SMU Negeri 8 Banda Aceh, menyelesaikan Pendidikan jenjang sarjana di jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Gajah Putih Takengon yang kini Bernama IAIN Takengon selesai pada tahun 2008, Kemudian melanjutkan pendidikan S2 di Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dan selesai pada tahun 2013 mendapat gelar Magister Pendidikan (M. Pd), pada Tahun 2015 ayah dari tiga anak tersebut diangkat menjadi Dosen pada program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini pada Fakultas Tarbiyah IAIN Takengon hingga saat ini. Selain aktif sebagai tenaga pendidik, ia juga aktif dalam berbagai organisasi kepemudaan dan juga aktif menulis di berbagai jurnal baik nasional maupun internasional sebut saja tulisan terbaru tahun 2024 yang terindex scopus yaitu Kekeberen oral custom as a media in incorporating educational values, Malque Publising, Multidisciplinary Reviews Journal
Di propmotori dua orang Guru besar yaitu, Prof. Dr. Warul Walidin AK, MA dan Prof. Dr. Luthfi Auni, MA yang juga merupakan salah satu guru besar asal Tanoh Gayo, selain dua nama tersebut ada beberapa nama lain yang tak terlepas dalam proses pencapaiannya yaitu salah satu Pimpinan Senat Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Prof. Dr. Ir. Sofyan M. Saleh, M.Sc. Eng, IPU, ASEAN Eng., yang juga merupakan paman “Pun Pedih” dari yang bersangkutan, selanjutnya ada Prof. Dr. Ridwan Nurdin, MCL dan Prof. Dr. Darmawan, SH, M.Hum, ketiga nama terakhir tersebut merupakan guru besar “berdarah” Gayo yang memiliki banyak konstribusi dalam pencapaian sang “doktor baru” tersebut.