Aceh Tengah- wartagayo.com
Pekerja migran Indonesia (PMI) asal Simpang Teritit Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah, Muhammad Fahmi, korban online scammer dan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO yang berhasil melarikan diri dengan selamat dari tempat kerjanya dan terjebak di Kamboja, akhirnya bisa pulang ke tanah air.
“Alhamdulillah, kemarin sudah dipesan tiket pulang dari Kemboja ke Indonesia. InsyaAllah berangkat malam ini karena exit visanya expired tanggal 7 Agustus 2025. Sementara, Al Muttakim masih mengurus SPLP dan exit visa. Jadi, tidak bisa pulang bareng. Mudah-mudahan, tidak ada kendala sampai ke kampung halaman,” kata Yusradi Usman al-Gayoni, inisiator World Gayonese Community (Diaspora Gayo Dunia) melalui pesan WhatsApp dari London, Inggris, Selasa (5/8/2025).
Diterangkan Yusradi, yang dari awal terlibat dalam pengurusan kepulangan PMI asal Gayo (Tanwir Ayubi, Al Muttakim, dan Muhammad Fahmi) dari Kamboja, Muhammad Fahmi, bertolak dari Phnom Penh International Airport ke Malaysia menggunakan pesawat AirAsia, pukul 20:20 WIB dan landing di Kuala Lumpur International Airport, pukul 23:15 WIB. “Rabu pagi (6/8/2025), take off dari Kuala Lumpur International Airport ke Medan, jam 08:55 WIB . Mendarat di Kualanamu Airport, jam 09:55 WIB. Malamnya insyaAllah melanjutkan perjalanan dari Medan ke Bener Meriah. Mudah-mudahan, Kamis pagi (7/8/2025) sudah sampai di Simpang Teritit, Bener Meriah,” sebut Yusradi.
Pada akhirnya, lanjutnya, digerakkan eteng-eteng iyak (penggalangan donasi), mulai tanggal 29 Juli 2025. Bantuan dari Pemerintah Kabupaten Bener Meriah dan Baitul Mal Kabupaten Bener Meriah, belum ada kepastian. Termasuk, dari Bupati Aceh Tengah yang informasi di media (23/7/2025) akan membantu biaya kepulangan Al Muttakim; tambah, dari Baitul Kabupaten Aceh Tengah juga belum ada kejelasan.
“Kondisinya, konsumsi Al Muttakim dan Muhammad Fahmi hanya cukup sampai tanggal 27 Juli 2025 malam. Itu juga memakai uang Fahmi. Syukurnya Fahmi menyimpan gajinya, pun terbatas. Uang ini yang dipakai untuk konsumsi mereka berdua. Karenanya, tanggal 26 Juli 2025, saya transfer buat konsumsi. Tanggal 27 Juli 2025, ada juga dari Takengon yang bantu buat konsumsi,” bebernya.
Di sisi lain, jelasnya, kalau tidak segera digerakkan eteng-eteng iyak, selain uang buat konsumsi yang makin menipis, bisa-bisa kelaparan, otomatis, karena perlu biaya, pengurusan SPLP ke KBRI dan exit visa di Phnom Penh juga tidak bisa berjalan. “Belum lagi, keselamatan mereka terancam. Tambah, situasi perang antara Kamboja dan Thailand di perbatasan, membuat situasi keamanan tidak menentu. Makanya, mesti diambil langkah cepat, melalui eteng-eteng iyak, alang tulung, beret bebantu,” ungkapnya.
Mewakili keluarga, Yusradi Usman al-Gayoni, mengucapkan terima kasih banyak kepada banyak pihak yang sudah mengirimkan donasi untuk membantu biaya konsumsi, keperluan pengurusan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) dan exit visa, transportasi, dan tiket pesawat Muhammad Fahmi dan Al Muttakim (pekerja migran Gayo lainnya asal Asir Asir Takengon Kabupaten Aceh Tengah, yang masih mengurus SPLP dan exit visa), di antaranya Basri, Sofyan Griantara, Prof. Darmawan, Malsi Daud, Rosnida Sari, Sutarmi, Drs. H. Taufik, M.M., Siti Aminah, Salihin, Indah Mayasary, dan Aman Muhammad Faiz Akbar al-Gayoni.
“Total uang masuk sampai hari ini Rp. 6.900.000,- Sudah ditransfer Rp. 6.500.000,- untuk konsumsi, biaya pengurusan/transportasi SPLP dan exit visa Fahmi dan Al Muttakim. Termasuk, untuk transportasi, tiket pesawat dan bus serta konsumsi pulang Fahmi dari Kamboja ke Indonesia, sampai ke kampung halaman. Sisa uang eteng-eteng iyak, Rp. 400.000,- Masih perlu biaya untuk lanjutan pengurusan SPLP dan exit visa, konsumsi, transportasi, tiket pesawat, dan bus Al Muttakim. Kalau ada yang mau membantu, bisa langsung komunikasi dengan saya,” tutup Yusradi.