Takengon- wartagayo.com
Kesenian didong merupakan sebuah kesenian yang mempergunakan kata-kata indah dari seluruh alam, yang didendangkan oleh sekelompok orang yang berjumlah 20 sampai 30 orang. Di dalam kesenian didong ada pribahasa dalam bahasa Gayo, ”bengkuang gewat tengkahe gaib luke e dekat”
Didong jalu merupakan pertunjukan dua grup pada sebuah panggung yang dilaksanakan satu malam suntuk. Dua grup ini saling berbalas pantun dan melontarkan teka-teki tentang realitas kehidupan sosial yang terjadi di masyarakat Gayo.
Kali ini di selenggarakan didong Jalu dalam pesta perkawinan di kampung pantanNangka kecamatan Linge 15/06/2025,
Klop didong Linge antara dari kampung gemboyah kecamatan Linge Vs Biak Burak dari wih Bakong kecamatan silih Nara,
Ceh adalah sebutan untuk anggota kelompok yang menjadi penyair utama dalam didong. Mereka dikenal memiliki kemampuan luar biasa dalam merangkai kata-kata menjadi syair atau pantun yang indah dan bermakna. Ceh juga harus mampu berpikir cepat, karena syair yang dinyanyikan bersifat spontan dan berbalas-balasan dengan kelompok lawan.
Tepukan dan Gerakan Kepala
Selain adu syair, Didong Jalu juga memiliki ciri khas berupa irama tepukan tangan dan gerakan kepala yang teratur. Kedua kelompok saling bertepuk tangan sambil menyanyikan syair-syair mereka. Gerakan kepala mengikuti irama tepukan tangan, sehingga menciptakan suasana yang dinamis
Syair-Syair dalam didong biasanya mengandung berbagai tema, seperti nasehat, sejarah, kisah perjuangan, kritik sosial, atau bahkan hiburan. Syair-syair ini disampaikan dengan bahasa yang indah dan simbolik, seringkali menyinggung isu-isu kontemporer dalam kehidupan masyarakat Gayo.